Ziarah di Lourdes, Kota Kecil yang Indah


Kota pertama yang gue kunjungi di Eurotrip kali ini adalah Lourdes, sebuah kota kecil di Perancis yang terkenal karena penampakan Bunda Maria kepada Santa Bernadette di tahun 1858.

Tetapi, berhubung tiket pesawat yang gue beli mendarat di Paris, maka gue harus naik kereta terlebih dahulu dari Paris menuju Lourdes.

Sesampainya di Paris dan setelah mengantri imigrasi yang super panjang (kira-kira 45 menit), gue langsung naik bus yang bernama Le Bus DIrect menuju ke Gare de Montparnasse, salah satu stasiun kereta besar di Paris. Gue sampai di Gare de Montparnasse jam 10 pagi, dan kereta gue menuju Lourdes baru berangkat jam 3 sore, jadi gue punya 5 jam untuk dihabiskan di sekitar stasiun.

Tujuan pertama gue untuk menghabiskan waktu tersebut adalah sebuah restoran yang “Paris” banget di depan stasiun bernama Le Paris Montparnasse. Ratingnya cukup bagus di TripAdvisor, dan tempatnya pun terlihat bagus dari luar, sehingga gue dan Ci Siska (kakak perempuan sekaligus partner traveling kali ini) memberanikan diri untuk masuk.

Sesampainya di dalam, gue langsung impressed sama restoran ini. Interiornya cantik banget, apalagi gue datang di masa natal, jadi banyak dekorasi dan lampu natal yang membuat restoran ini menjadi semakin kece. Sofa-sofanya berwarna merah, mirip bangku di bioskop Indonesia. Mejanya terbuat dari kayu, dan di setiap meja sudah terdapat gelas-gelas cantik. Awesome!

Sebagai pecinta kopi, menu pertama yang gue pesan di restoran ini adalah kopi. Gue pesan Cafe Creme, yang ternyata merupakan kopi dengan creamer. Rasanya asik, relatif mirip dengan kopi Nescafe (which is not a bad point). Gue pun sadar bahwa Nescafe sepertinya mendesain kopi mereka sesuai kiblatnya kopi Eropa, karena rata-rata kopi di Eropa yang gue coba rasanya lebih mengarah kesana, yakni dominan bitter dengan acidity yang relatif rendah, dan dominan karakter coklat. Well, it’s my personal opinion.

Setelah menikmati Cafe Creme, kami pun siap untuk memesan makan siang. Harga makanan di restoran ini relatif mahal, sekitar €12-18 per porsi. Tetapi perlu diakui, porsinya cukup banyak dan kualitasnya sangat oke.

Pilihan makan siang kami jatuh kepada Spaghetti Bolognaisse dan Salade Paris Montparnasse. Untuk Spaghetti Bolognaisse, rasanya tidak terlalu spesial, dan relatif hambar. Mungkin memang beda dengan yang biasa gue nikmati di Indonesia karena lidah kita juga berbeda ya.

Untuk Salade Paris Montparnasse, rasanya unexpectedly very awesome. Salade ini adalah salad spesial dari restoran ini, yang dilengkapi dengan alpukat, sayur segar, dan dipenuhi dengan salmon. Sayang di foto yang saya ambil di bawah, salmonnya tidak gue tonjolkan, padahal salmon mereka adalah salmon terenak yang pernah gue makan. Rasa salmonnya itu sungguh segar, dan dibumbui dengan sangat sempurna. Sungguh perfect, sampai gue dan Ci Siska berebutan mencari salmonnya, karena kami memang memesan kedua makanan ini untuk sharing.

Salade Paris Montparnasse

Setelah menghabiskan waktu di restoran ini, gue pun berkeliling sebentar di sekitar stasiun. Ternyata ada sebuah pasar jalanan yang isinya menarik-menarik banget, mulai dari daging, sayur, buah-buahan, sampai makanan siap saji seperti mac and cheese. Juga ada beberapa souvenir, winter fashion, dan lain-lain. Berikut penampakan pasar tersebut :

Berhubung gue masih punya banyak waktu sebelum kereta berangkat, gue pun kembali mencari coffee shop untuk killing time. Gue mampir ke starbucks yang ada di Monoprix (department store) dekat stasiun. Ternyata, Starbucks di Eropa rasanya hampir sama persis dengan Starbucks di Indonesia. Salut deh buat tim Starbucks yang bisa menjaga kualitasnya di seluruh dunia.

Sekitar satu jam sebelum keberangkatan kereta, gue standby di stasiun. Berhubung ada free wifi, jadi tidak mati gaya ketika menunggu kereta. Lagipula, informasi gate kereta baru akan keluar sekitar 15 menit sebelum keberangkatan, jadi kita harus standby dan cepat-cepat menuju kereta kita. Untuk bekal di perjalanan yang memakan waktu 6 jam itu, gue membeli Paul Patisserie, toko roti yang ada dimana-mana di Perancis. Gue beli roti baguette yang berisi Ham and Cheese. Maknyus!

Kereta yang gue gunakan adalah kereta SNCF. Fasilitasnya lengkap, mulai dari free wifi, toilet, sampai colokan listrik. Ada juga tempat untuk meletakkan koper, tetapi pastikan koper lo tidak diletakkan bertumpuk. Karena ketidaktahuan gue, koper gue tumpuk dan akhirnya jatuh dan pecah. Untung saja pecahnya tidak parah dan masih bisa digunakan.

Sebenarnya nyokap gue berpesan untuk sampai disana sebelum jam 9, karena ada prosesi lilin dimana semua orang berjalan bersama dengan membawa lilin ke depan goa Maria, yang merupakan tujuan utama dari ziarah di Lourdes. Sayangnya, gue sampai di Lourdes sekitar jam 9 malam, jadi sudah terlambat. Gue langsung menuju hotel gue, Hotel Continental, dengan berjalan kaki, karena saat itu sudah tidak ada kendaraan umum. Bermodal Google Maps, gue pun berjalan sekitar 20 menit untuk sampai di hotel.

Gue memilih Hotel Continental ini karena letaknya dekat dengan Goa Maria Lourdes. Ternyata hotel ini cukup sederhana, namun rapi, bersih, dan bagus. Disinilah untuk pertama kalinya gue melihat yang namanya penghangat ruangan. Bentuknya seperti deretan pipa yang dijejer ke samping.

Berhubung hari sudah malam dan malam sebelumnya gue hanya tidur di pesawat, sesampainya di hotel gue pun langsung terlelap.

Breakfast di Salon De The di dekat Goa Maria La Grotte

Keesokan paginya, gue bangun pagi-pagi untuk berdoa di Goa Maria, yang disebut La Grotte. Sebelum menuju La Grotte, gue menyempatkan diri untuk sarapan, tepatnya di sebuah restoran di sebelah hotel dekat pintu masuk La Grotte. Disana, gue memesan 2 cappuccino, croissant, dan apple struddle with almond. Rasa cappuccinonya sangat mirip dengan Cafe Creme di restoran Le Paris Montparnasse kemarin! Dominan rasa coklat, dan agak sedikit nutty. Croissant dan apple struddlenya juga luar biasa enak. Lidah gue yang “kaget” dengan racikan rasa Eropa seperti terpesona dalam setiap gigitan.

Setelah sarapan, gue langsung menuju La Grotte. Ketika masuk komplek peziarahan, kita akan disambut dengan patung Bunda Maria yang besar di tengah-tengah boulevard utama. Berjalan lebih dekat ke arah sungai, maka kita akan sampai di Goa Maria. Mungkin karena masih pagi, Goa Maria-nya sangat sepi. Hanya ada 3-4 orang yang berdoa. Peak season peziarahan ke Lourdes memang di bulan Maria, yakni Mei dan Oktober, bukan di bulan Desember seperti kunjungan gue ini.

Patung Bunda Maria besar di Boulevard utama komplek peziarahan Lourdes

Sebelum berdoa, gue menyempatkan diri untuk membeli lilin, dimana banyak sekali self-service store untuk membeli lilin, mulai dari yang kecil sampai yang sebesar light saber star wars. Harganya bervariasi, dan semua berasaskan kejujuran tanpa ada penjaganya. Gue pun menyalakan lilin yang sudah gue beli di sebuah daerah yang didesain khusus untuk meletakkan lilin, tepatnya di seberang La Grotte, yang dipisahkan oleh jembatan. Jadi jaraknya tidak persis di depan Goa Maria-nya, perlu jalan kaki sekitar 2 menit.

Gue pun berdoa rosario dan mengangkat permohonan gue di depan Bunda Maria. Karena gue pergi pas winter, rasanya dingin banget untuk duduk tenang sambil berdoa selama kurang lebih 15 menit, tetapi it’s really worth it karena memang sudah dari kecil gue bercita cita untuk berdoa di Lourdes.

Ini dia yang disebut La Grotte, atau Goa Maira Lourdes

Setelah berdoa, gue pun melanjutkan perjalanan dengan berkeliling di area peziarahan. Jadi, bukan cuma Goa Maria saja, tetapi ada juga gereja yang sangat besar, dan kalau kita naik lagi ke atas kita akan menemukan kapel kecil untuk berdoa.

Di sepanjang perjalanan naik menuju gereja, terdapat beberapa patung Santo dan Santa umat Katolik. Cukup seru bermain tebak-tebakan nama Santo dan Santa yang ada disana dengan Ci Siska, tetapi kami sama-sama payah dalam menebaknya.

Selesai berziarah, gue langsung keluar dari komplek peziarahan untuk kembali ke hotel. Tidak lupa gue mampir ke toko souvenir untuk melihat-lihat variasi souvenir rohani yang sangat banyak jumlahnya.

Sebelum meninggalkan Lourdes, gue sempat mampir di City Carrefour, mini-market yang sebenarnya tidak terlalu mini. Disini gue senang banget, karena banyak menemukan makanan dan minuman dengan harga yang relatif lebih murah dibanding toko-toko lainnya. Gue langsung membeli air minum sebesar mungkin untuk bekal di perjalanan, dan satu pak croissant isi 10 yang harganya cuma €2.

Gue juga sempat mampir di sebuah restoran Asia dekat stasiun Gare de Lourdes, yang namanya Chez Ly, dimana gue mencoba Pork Thai Curry yang rasanya lumayan enak, meskipun tidak terlalu spesial. Meski ditulis pedas di dalam buku menu, tetapi rasa pedasnya sama sekali tidak keluar. Mungkin karena takaran pedas orang Eropa dan orang Indonesia berbeda ya.

Pemandangan Lourdes dari dekat stasiun kereta Lourdes

Setelah puas mengisi perut, gue pun langsung menuju stasiun kereta untuk menunggu kereta menuju Bordeaux, yang akan dibahas di post berikutnya.

Thank you for reading, guys! Cheers.

Related Posts

[Photostory] Bangkok, 2019

Di penghujung tahun 2019 kemarin, gue dan keluarga berkesempatan untuk berlibur ke Bangkok selama 5 hari 4 malam ...   more Di penghujung tahun 2019 kemarin, gue dan keluarga berkesempatan untuk berlibur ke Bangkok ...   more

Komentar

  1. Tersesat di Bordeaux, transit sebelum Milan | logue.id

    June 8, 2018 at 10:36 am

    […] Post sebelumnya : Ziarah ke Lourdes, kota kecil yang indah. […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *